Langit di atas kota Solo pagi itu, 14 September 2014, terlihat cerah. Ribuan manusia dengan riang tumpah di area Car Free Day sejak dari Jalan Slamet Riyadi di depan Stasiun Purwosari hingga Gladak, dan berlanjut ke Jalan Sudirman. Ketika Indiva berjalan dari area parkir di samping Benteng Vastenburg, mata saya langsung tertuju pada ratusan perempuan cantik yang sedang berlatih menari di Jalan Sudirman depan kantor pos sembari membawa bendera. Meskipun hanya berlatih, keindahannya sudah hampir sama dengan aslinya. Apalagi, musik dari gending Jawa yang dimainkan belasan penabuh gamelan secara live, terasa merdu menyelusup gendang telinga.
Ada sebuah rasa yang aneh nan manis mendominasi perasaan saya pagi itu. Maka, sembari menuntun anak bungsu saja, Hanifan (4 tahun), yang juga tampak terkesima dengan suasana yang terbangun di ajang CFD pagi itu, berkali-kali saya mengambil napas panjang. Mencerap kesyukuran yang seperti telah mencopoti satu per satu tali yang membebat saya dan menenggelamkan saya dalam tekanan pekerjaan, target, dan program-program.
Saatnya bersantai!
Sekitar 500 meter saya dan si kecil berjalan kaki, akhirnya kami sampai di depan Hotel Royal Heritage. Beberapa buah mobil perpustakaan keliling berderet-deret di tepi jalan, dikerumuni para warga yang tampak antusius memilih-milih ribuan judul buku yang disediakan. Belasan relawan, dengan seragam kaos merah menyala, sibuk mengurusi para warga. Dua orang dari mereka, membawa megaphone dan sibuk berorasi, mengajak warga untuk bergabung sekaligus mengkampanyekan pentingnya membaca dalam kehidupan.
Untuk menarik masa, ada juga badut berkostum sapi yang beraksi. Selain mengkampanyekan budaya membaca, LAZIS Solo juga mengkampanyekan semangat berqurban jelang Idul Adha. Keren, ah!
Sampai di lokasi, saya disambut Nafi, Ayu dan Prita, relawan #AyoMembaca2014 yang berasal dari Penerbit Indiva. Agenda seru ini memang digelar sebagai wujud kerjasama antara LAZIS UNS, Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Solo, Penerbit Indiva Media Kreasi dan 18 Perpustakaan Kampung di kelurahan-kelurahan kota Surakarta.
“Sini, Pan, lihat buku-bukunya, bagus, lho!” kata Nafi kepada anak saya, Hanifan—atau biasa dipanggil Ipan. Sejurus kemudian, Ipan pun larut dalam petualangan imajinasinya lewat buku-buku anak berwarna yang tengah dinikmatinya. Meski baru bisa dibacakan, karena Ipan belum bisa membaca, ternyata bocah itu menikmati berliterasi pagi itu.
Aku Suka Acara Ini
Karena ingin tahu respon warga, saya mendekat ke sebuah mobil yang menyediakan buku-buku untuk remaja. Sekar, siswa sebuah SMP di kota Surakarta terlihat sibuk memilih-milih buku. Wajahnya bergembira. “Baru kali ini aku melihat acara seperti ini,” ujarnya kepada saya.
“Suka membaca ya, dik?” tanya saya.
“Suka, suka sekali. Aku suka acara ini.”
Sebenarnya, perpustakaan keliling milik Pemkot setiap CFD selalu buka stand. Tetapi, stand selama ini relatif kurang meriah. Agak berbeda dengan nuansa pagi itu. Di tengah masyarakat yang minat membacanya relatif rendah, memang butuh terobosan-terobosan kreatif untuk menstimulasi terbentuknya budaya baca. InsyaAllah, Penerbit Indiva Media Kreasi sangat siap dan penuh semangat untuk mendukung acara-acara semacam itu. Semoga teman-teman lembaga-lembaga yang mendukung gerakan #AyoMembaca2014 juga berminat untuk mem-follow-up kegiatan tersebu. [Ditulis oleh Yeni Mulati Ahmad].