Oleh: Ratnani Latifah
Sebagaimana kita ketahui, kegiatan pramuka merupakan proses pendidikan di luar kegiatan sekolah dan keluarga, yang diusung dengan cara yang menarik, teratur dan menyenangkan, di alam terbuka. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan yang sudah disusun sedemikian rupa. Di mana dalam kegiatan pramuka ini memiliki tujuan untuk membentuk karakter anak untuk memiliki watak, akhlak dan pribadi yang luhur.
Mengambil tema tentang kegiatan pramuka, buku ini mengusung cerita yang cukup menarik dan patut dibaca untuk anak-anak di masa kini. Diceritakan dengan gaya bahasa yang lugas dan mudah dipahami, anak-anak tidak akan bosan ketika membacanya. Melalui buku ini banyak pembelajaran dan pendidikan karakter yang disampaikan penulis tanpa menggurui. Misalnya tentang rasa setia kawan, kekompakan, gotong royong, keberanian, saling menyayangi dan banyak lagi.
Kisahnya sendiri berpusat pada tiga sahabat yaitu Budi, Dios dan Voni. Mereka akan melakukan camping yang akan berlangsung di bumi perkemahan Wanagama yang letaknya di tepi Hutan Luwu, yang terletak di Gunung Luwu. Ketiga sahabat ini tentu sangat bersemangat dalam kegiatan itu. Dalam salah satu acara mereka membentuk Regu Bima untuk melakukan penjelajahan di tengah hutan.
Pada awalnya penjelajahan itu berjalan lancar. Mereka merupakan regu pertama yang berhasil sampai di pos pertama. Akan tetapi setelah itu, tiba-tiba terjadi sesuatu yang aneh. Petunjuk kedua membuat mereka kebingungan. Selain itu jalan yang mereka lalui terlihat cukup ekstrem dan menakutkan. Karena semakin jauh melangkah, tempat yang mereka jelajahi terasa semakin sepi dan mereka juga tidak melihat ada pembina pramuka yang seharusnya ada di pos kedua. Tidak hanya itu semakin melangkah ke dalam, mereka mendengar suara aneh yang mencurigakan.
Saat itulah, mereka menyadari bahwa bisa jadi mereka mungkin tersesat. Mereka pun segera berdiskusi untuk menentukan langkah yang harus mereka lakukan. Apakah akan terus melanjutkan perjalanan bersama, atau berpecar. “Kita jangan berpencar. Di tempat yang tak kita kenal, berpencar malah bisa menyesatkan. Kita harus bersama-sama.” (hal 66).
Akhirnya mereka pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan tersebut. Mungkin di tengah jalan nanti mereka akan mendapat petunjuk atau bahkan bisa bertemu dengan kakak pembina pramuka. Berbekal dengan kepercayaan itu, mereka pun terus berjalan menyibak jalan di hutan. Rasa optimis itu semakin besar ketika ada suara dug …! dug …! dug …! yang mungkin merupakan tanpa keberadaan orang lain di tempat yang sedang mereka lewati.
Akan tetapi ternyata dugaan mereka salah. Semakin dekat dengan asal suara, mereka melihat sesuatu yang mencurigakan. Mereka melihat dua lelaki—yang satu gemuk dan yang satu kurus—tengah sibuk menebangi pohon. Di sini Budi, yang ditunjuk sebagai ketua, merasakan gelagat tidak menyenangkan dari dua orang itu. Lalu apa yang mereka lalukan? Dan apa yang harus mereka lakukan agar terlepas dari orang-orang itu?
Belum tuntas rasa bimbang yang tengah mereka alami, tiba-tiba Budi dan kawan-kawan melihat dua orang itu menyeret dua anak, yang salah satunya pernah berbuat jahat pada Budi. Lalu apakah mereka harus menyelamatkan dua anak yang sudah berbuat jahat pada Bima atau membiarkan orang itu ditangkap penjahat?
Meski secara keseluruhan cerita ini sangat menarik, tetapi pada beberapa bagian, ada yang terasa berlubang dan kurang dieksekusi dengan matang oleh penulis. Namun lepas dari kekurangannya, novel ini tetap menarik untuk dibaca. Kisah petualangan ini sangat menghibur dan memberikan banyak sekali pelajaran penting. Di antaranya adalah belajar untuk bersikap kompak, menjadi pribadi yang pemberani, serta ajaran untuk tidak memiliki sikap benci dan dendam kepada orang yang sudah berbuat jahat kepada kita. “Kebencian itu akhirnya luruh oleh rasa cinta.” (hal 4).
Meringkus Dua Monster Hutan
Judul : Meringkus Dua Monster Hutan
Penulis : Hamdani MW
Lini : Lintang
Halaman : 120
Ukuran : 14 x 20 cm
ISBN : 978-602-495-253-2
Trio Ranger terdiri dari tiga sahabat, yaitu Budi, Dios, dan Voni. Saat ini mereka berkemah di sebuah bukit bersama rombongan pramuka sekolah. Dalam acara kemah itu mereka membentuk Regu Bima untuk melakuakn penjelajahan di tengah hutan.
Saat menjelajah, setapak demi setapak mereka melangkah maju, sembari menyibak-nyibakkan ilalang dengan tongkat bambu di tangan. Namun, semakin lama suasana semakin gelap dan mencekam, hingga kemudian terdengar sayup-sayup suara mencurigakan.
Mereka merasa merinding.Tapi mau kembali sudah terlalu jauh. Apa lagi, jalan yang baru saja dilalui seolah lenyap.Rumput ilalang yang tadi disibak telah menutup kembali, menyebabkan mereka tak tahu arah. Akhirnya, tak ada pilihan lain bagi anak-anak itu kecuali terus maju untuk memastikan suara tersebut. Sampai kemudian, mereka terjebak di tangan monster hutan yang menakutkan.
Berhasilkah regu Bima melepaskan diri dari cengkeraman monster itu? Simak ceritanya….