Oleh: Teguh Wibowo
Dunia anak adalah dunia belajar sambil bermain. Sayangnya, tidak semua anak bernasib mujur. Ada anak tumbuh baik karena faktor pendidikan keluarga, lingkungan, dan kondisi ekonomi. Ada anak-anak telantar, difabel, dan yatim dhuafa yang harus menjalani kehidupan penuh juang dan derita.
Sebagaimana cerita atau kisah dalam buku “Kereta Malam Menuju Harlok”. Buku setebal 144 halaman ini dilabeli sebagai buku pembangun karakter anak. Tidak berlebihan karena buku karya Maya Lestari Gf ini menjadi juara ke-2 dalam Kompetisi Menulis Novel Anak Indiva 2019.
Buku ini dikemas dengan tampilan dan ilustrasi yang apik. Ceritanya dimulai dari sebuah panti asuhan khusus untuk memberdayakan anak cacat (difabel). Kehidupan di panti tidaklah mudah. Panti itu minim dapat sumbangan atau donasi. Anak-anak yatim terpaksa harus bekerja: mengamen dan menyemir sepatu, serta masak sendiri dan makan seadanya.
Hari-hari sangat berat di Kulila, tetapi hidup harus berlanjut. Harus terus berjalan (halaman 7). Kehidupan anak-anak panti bertambah prihatin. Suatu malam di malam takbiran, Amang (si pengelola panti) kabur. Minggat begitu saja tanpa keterangan (halaman 16). Amang sudah sepuluh tahun bekerja di Kulila dengan upah kecil. Tak mudah merawat sembilan anak cacat. Mengandalkan dari sumbangan dan belas kasih orang lain.
Pada malam itu, anak-anak dilanda cemas dan sedih. Tamir, salah satu anak asuh menerawang nasibnya. Tamir adalah tokoh utama dalam novel ini. Kaki sebelah kanannya buntung dan satu matanya juga cacat. Terpaksa ia harus menggunakan kruk.
Malam tambah mencekam karena cuaca buruk. Dalam imajinasi yang berlarut saat membaca buku, Tamir mengalami kejadian aneh. Pada pukul sembilan malam, ketika mendung bergulung di langit, sebuah kereta datang dari balik awan dan membawa Tamir ke Harlok. Sebuah kereta yang khusus menjemput anak-anak yatim piatu di seluruh dunia. Harlok adalah satu dari banyak kota di langit. Di sana ia dipaksa bekerja sebagai penggali tambang batu seruni, bersama anak-anak lainnya.
Dalam “Kereta Malam Menuju Harlok”, alur cerita berisi perpaduan alam mimpi yang melahirkan cerita imajinasi. Ide ceritanya bisa disebut fantasi bercampur misteri. Maya Lestari Gf termasuk penulis yang berpengalaman, telah banyak novel yang dihasilkannya. Novel anak ini tampaknya juga digarap dengan penuh pertimbangan.
Penamaan sepeti: Kulila, Harlok, Baz, Vled, Tamir, Singa Kabut, dan lainnya tentu saja pemilihan atribut yang cermat. Menawarkan kesegaran baru dari yang sudah ada. Dibangun dengan ketegangan dan konflik yang konsisten dari awal hingga akhir. Jalinan ceritanya membuat pembaca merasa terus penasaran, sejak Tamir ‘diculik’ hingga perjuangannya untuk bebas dari tirani.
Harlok adalah negeri antah berantah. Vled, si tokoh antagonis memanfaatkan anak-anak untuk bekerja di proyek tambang batu seruni. Vled dengan kelicikannya mengelabuhi banyak pihak. Kekejaman Vled dan anak buahnya terus dipertontonkan tanpa rasa manusiwi. Hingga semua yang tertindas ingin lepas, termasuk Singa Kabut penjaga perbatasan wilayah kekuasaannya. Bagai buah simalakama, Singa Kabut menjadi prahara bagi Vled. Kisah terus berlanjut dengan aksi-aksi seru.
Penderitaan demi penderitaan membawa Tamir dan kawan-kawannya tersentak untuk bangkit. Berjuang bebas dari penindasan Vled dan segala nasib tidak beruntung. Banyak anak-anak terdiskriminasi bisa bangkit karena punya iman dan impian. Mereka memang tidak punya mukjizat, tetapi tekad dan doanya senantiasa melangit. Mereka tumbuh dari peradaban dan karakter mulia.
Karakter yang bisa didapat dari membaca novel ini adalah perjuangan, pengorbanan, kerja sama, solidaritas, gigih, dan lain-lain. Meskipun berlatar religi, penulis membangun cerita dengan tidak mendikte atau berceramah. Pesan tersampaikan secara alami dengan memainkan suguhan imajinasi. Selain dipandu oleh orang tua, anak-anak bisa membaca sendiri agar mampu menemukan kepekaan nalar.
Penulis memotret posisi anak yatim duafa. Bahkan, menyinggung isu perdagangan manusia. Anak-anak yang diperas tenaganya atau dipekerjakan secara tidak manusiawi. Ada pesan tersirat yang lain, baik itu tentang kritik sosial atau fenomena kehidupan sehari-hari. Yang luput dari cerita ini, kurangnya segmen anak-anak panti soal kreativitas dan skill kehidupan. Imajinasi dan fantasi terlalu mendominasi cerita. Keterampilan dan kecakapan hidup penting diajarkan bagi anak-anak yatim agar mandiri dan berdaya.
Merawat dan memandirikan anak yatim agar tidak telantar dan membebani masa depan adalah kemuliaan. Jangan sampai kita meninggalkan mereka yang lemah tanpa kepedulian. Karena kepedulian dan belas kasih kepada anak yatim, dekat dengan Rasulullah di surga. (*)
Kereta Malam Menuju Harlok
Judul : Kareta Malam Menuju Harlok
Penulis : Maya Lestari Gf
Lini : Lintang
Halaman : 144
Ukuran : 14 x 20 cm
ISBN : 978-623-253-017-1
Tepat pada malam takbiran, pengasuh terakhir Kulila, sebuah panti khusus anak cacat, kabur.Di tengah kesedihan, Tamir, salah satu anak yang tinggal di Kulila, mengalami kejadian aneh. Pada pukul Sembilan malam, ketika mendung bergulung di langit, sebuah kereta dating dari balik awan dan membawa Tamir ke Harlok, satu dari sekian banyak kota di langit. Di situ ia di paksa bekerja sebagai penggali tambang batu seruni, bersama anak-anak lainnya. Ia mengalami banyak sekali penderitaan, hingga suatu malam dating keajaiban dari dalam hutan kabut Harlok.
Bagaimana akhir dari petulangan Tamir di Kota Harlok yang misterius? Baca lengkap kisah Juara II Kompetisi Menulis Indiva 2019 Kategori Novel Anak ini. Segar dan menegangkan!