Oleh: Muhammad Rasyid Ridho
Semua orang pasti memiliki impian. Ingin memiliki banyak toko, ingin menjadi dosen, ingin sekolah di luar negeri, dan sebagainya. Pun begitu, semua orang berhak bermimpi. Hanya saja, mimpi hanya menjadi mimpi jika tidak aksi. Impian akan jadi khalayan belaka jika tanpa usaha.
Adalah Mirindra, seorang anak yang berasal dari Madagaskar. Ya, sebuah negeri yang jarang orang tahu. Meski sebagian lain tahu, itu pun sebatas dari film kartun yang berjudul sama. Madagaskar adalah negara pulau yang berada di Samudera Hindia, tepatnya di timur pantai Pulau Afrika. Pulau Madagaskar adalah pulau keempat terbesar di dunia. Madagaskar juga disebut Pulau Merah karena warna tanahnya merah.
Mirindra adalah anak berkulit hitam dan berambut keriting. Dada atau berarti ayah-nya bekerja di pertambangan mencari batu, yang akan dibuat batu akik. Sedangkan Neny atau berarti ibu-nya bekerja di kebun, menjual sayuran di pasar. Ketika akan melahirkan adiknya, Neny Rindra meninggal (halaman 10). Dia hidup berdua, bersama ayahnya.
Ketika umur Rindra telah cukup untuk sekolah, ayahnya membawanya ke sekolah berasrama di perbukitan Sahasoa yang bernama Akany Tafita (halaman 18). Di sana dia senang sekali, dia bisa belajar, tetapi kesedihannya karena akan jarang bertemu ayahnya. Di Akany Tafita Rindra berkenalan dengan Lanto, anak yang tidak suka belajar dan senangnya keliaran dan mengganggu Thiery. Thiery anak yang tampan, tetapi memiliki tubuh yang kurus karena penyakit asmanya sering kambuh, sudah begitu ditambah dengan gangguan Lanto. Tambah tersiksa dia, untungnya dia kerasan di Akany Tafita.
Akany Tafita adalah tanah warisan dari orang tua Tinah. Tinah pun membesarkan Akany Tafita hingga terus eksis dan dipercaya. Untuk tanggung jawab di asrama dia dibantu oleh Irene, yang berusia awal 40 tahun dan lebih muda dari Tinah. Ditambah untuk urusan kebersihan dan perkebunan dibantu oleh lelaki tua yang bernama Dadabe Hiel (halaman 35).
Rindra adalah anak yang cerdas, dia menguasai 4 bahasa. Karena itu Rindra sangat disayang oleh Tinah. Ada harapan dari Tinah, agar nantinya Rindra mampu melanjutkan sekolahnya hingga perguruan tinggi, kalau perlu sampai ke luar negeri seperti adiknya, Josse. Josse mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Perancis.

Akany Tafita memiliki banyak kegiatan ekstra, ada menyulam juga menonton tontonan inspiratif. Suatu ketika Tinah memutar tentang kisah inspiratif dari seorang perempuan bernama Maryam. Maryam berasal dari Afganistan. Maryam bercerita tentang kisah peperangan di negaranya yang terjadi antara tahun 1989 sampai tahun 1992.
Setelah tentara Soviet telah meninggalkan Afganistan, peperangan terus berlanjut. Kali ini pemerintahan yang berkuasa menghadapi para pemberontak. Sehingga isu selain perang, seperti pendidikan, ekonomi bahkan nyawa sangat tidak dihargai saat itu. Maryam berkata,
“Tak ada baiknya dari perang yang terjadi. Sekolah-sekolah hancur, orang-orang ketakutan. Kami semakin bodoh.”
(halaman 68)
Maryam tidak boleh sekolah, karena pada waktu itu sekolah hanya untuk anak laki-laki. Akhirnya, dia belajar dengan mencuri dengar dari balik tembok, terkadang dia diusir, terkadang dia juga dibiarkan. Orang tua tidak punya untuk mendatangkan guru. Begitu juga dia tidak bisa membeli buku. Tetapi dia terus belajar cepat dan semangat. Dia terus meminjam buku, dan bersembunyi membaca buku dari Barat karena dilarang oleh penguasa.
Terus begitu, berganti tahun dan berganti penguasa. Dia terus berusaha mengikuti ujian untuk mendapatkan ijazah. Hingga dia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Australia, Adelaide University. Sejak melihat ini, Rindra sangat terinspirasi. Ternyata, orang yang kesulitan, asal dia mau usaha, maka akan mendapatkan apa yang diimpikan.
Rindra pun berharap bisa melanjutkan hingga kuliah, agar nantinya bisa bermanfaat kepada negerinya, seperti Maryam. Rindra terus tumbuh dan bertambah umur, hingga kelas akhir. Pada saat itu nyaris hadir kebahagiaan, Josse datang. Namun, ternyata Josse malah membuatnya kecewa. Josse sangat sombong, dan tidak mau bergaul dengan Rindra. Bahkan, Josse membawa bencana. Josse menghancurkan Akany Tafita, dan mengubahnya menjadi vila (halaman 218). Maka, sejak mimpi anak-anak Akany Tafita yang telah lama dibangun, pun seakan hancur.
Novel ini juga membahas bahwa penemu Madagaskar adalah orang Indonesia, yaitu suku yang berada di Kalimantan. Karenanya, selain menginspirasi, novel ini penuh wawasan dan hikmah. Atas kedalaman risetnya, buku karya penulis asal Aceh yang kini tinggal di Madagaskar ini layak dijadikan koleksi, dan menjadi teman di akhir minggu. Selamat membaca!
Sebiru Safir Madagaskar
Judul : Sebiru Safir Madagaskar
Penulis : Haya Nufus
Editor : Mastris Radyamas
Penerbit : Indiva Media Kreasi
Tahun Terbit : Pertama, Januari 2016
Jumlah Halaman : 288 halaman
ISBN : 978-602-1614-53-2
Aku menarik napas sejenak, merasakan suasana lengang yang tercipta.
“Jika ditanya mau jadi apa saya …,” aku berhenti lagi, dengan jeda yang sebenarnya untuk meredakan buncahan semangatku sendiri. “Saya ingin menjadi inspirasi bagi Malagasy. Dengan segala hal yang bisa saya lakukan.”
Lengang hadirin tampak tegang menarik napas, terbawa emosiku.
Gadis cilik miskin dari pelosok Madagascar itu benama Mirindra. Di usianya yang ketujuh tahun, lengkap sudah kesendiriannya. Ditinggal mati ibunya, juga ditinggal ayahnya menjadi penambang batu mulia di sebuah pertambangan asing yang berjarak ratusan kilometer dari rumahnya.
Tak ada pilihan bagi ayahnya, kecuali menitipkan sekaligus menyekolahkannya di Akany Tafita, sebuah sekolah dan asrama yang menampung anak-anak miskin di sekitar perbukitan Sahasoa.
Mirindra miskin, tapi cerdas. Menguasai empat bahasa di dunia. Tumbuh dengan mimpi-mimpi yang terus-menerus dibenamkan oleh Tinah, wanita pemilik Akany Tafita, dia menjadi sangat obsesif. Lupa bahwa dia miskin, tak punya bekal apa-apa seperti yang dikatakan oleh Josse.
Oh, betulkah dia tak akan bisa mewujudkan mimpinya? Ah, sepertinya iya. Setiap pintu yang akan dia lalui tertutup semua. Lalu, untuk apa selama ini dia memeras isi kepala demi memecahkan rumus-rumus dan membaca buku-buku tebal? Untuk dilupakankah?