Apa perpustakaan terbesar di dunia saat ini? Mungkin kita bisa menjawab, salah satunya adalah Perpustakaan Kongres atau Library of Congress Amerika Serikat. Perpustakaan ini layak disebut sebagai salah satu perpustakaan terbesar, karena mengoleksi lebih dari 32 juta judul buku yang ditulis dalam 470 bahasa. Wooow! Kita bisa membayangkan, sebesar apa perpustakaan ini, ya Sobat? Itu kalau zaman sekarang. Bagaimana dengan era seribu tahun silam?
Pada tahun 800an, sebuah perpustakaan megah telah berdiri di masa Kekhilafahan Dinasti Abbasiyyah di kota Baghdad, yang disebut sebagai Baitul Hikmah, atau rumah kebijaksanaan. Baitul Hikmah bukan hanya sebuah perpustakaan, tetapi juga semacam lembaga riset, tempat ilmu pengetahuan berkembang. Para ilmuwan melakukan penelitian, menulis hasilnya dan berdiskusi di rumah kebijaksanaan tersebut. Baitul Hikmah merupakan poros utama dari berkembang pesatnya ilmu-ilmu di era yang disebut sebagai zaman keemasan Umat Islam tersebut. Selama 4 abad, yakni abad ke-9 hingga 13, Baitul Hikmah memainkan peran strategisnya sebagai pusat peradaban yang menjadi rujukan manusia sedunia, bukan hanya umat Islam, tetapi juga yang bukan beragama Islam.
Dunia ternyata memang tak sekuno yang kita bayangkan, Sobat. Berbagai bukti peninggalaan bersejarah yang agung ditinggalkan dari masa-masa tersebut. Di Indonesia saat itu pun dibangun candi-candi besar, termasuk Candi Borobudur yang dibangun sejak tahun 770 M hingga 825 M. Berbeda dengan Candi Borobudur yang merupakan pusat beribadatan agama Budha, Baitul Hikmah merupakan sebuah bangunan yang lebih menyerupai lembaga-lembaga penelitian sekaligus perpustakaan di masa ini.
Pendiri dari Baitul Hikmah adalah Khalifah Harun Al-Rasyid, seorang khalifah yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. Lalu, setelah Khalifah Harun Al-Rasyid wafat, khalifah-khalifah berikutnya melanjutkan upaya pengembangan ilmu pengetahuan melalui Baitul Hikmah. Baitul Hikmah tidak hanya memberikan ruangan kepada para ulama yang fokus di bidang keagamaan, tetapi juga memberikan banyak fasilitas kepada para ilmuwan di bidang filsafat, matematika, kedokteran, astronomi, bahkan juga optik. Selain itu, juga ada penerjemahan berbagai ide dan gagasan dalam bahasa Yunani, India, Persia dan sebagainya ke dalam bahasa Arab, yang membuat para ilmuwan bisa memahami berbagai ilmu pengetahuan yang berasal dari seluruh dunia. Oleh para ilmuwan Muslim, ide-ide dan gagasan-gagasan tersebut dilanjutkan, sehingga menghasilkan berbagai penemuan-penemuan penting yang menakjubkan.
Selain itu, ada juga penemuan-penemuan yang merupakan kontribusi orisinal dari para ilmuwan muslim, misal teori matematika dari Al-Khawarizmi, yakni konsep Aljabar. Juga temuan-temuan berbagai teori matematika dari Al-Kindi, serta temuan Ibnu Al Haitam berupa lensa optik. Para ilmuwan muslim termasyhur seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Balkhi, Al Ghazali, Al-Kindi, Jabir Ibnu Hayyan, Omar Khayyam dan ratusan ilmuwan lainnya, lahir dari Baitul Hikmah.
Sayangnya, Baitul Hikmah hancur saat penyerangan bangsa Mongol ke Baghdad. Ratusan ribu judul buku karya para ilmuwan dibakar dan dibuang di Sungai Eufrat oleh tentara Mongol. Sungguh sangat disayangkan, karena sebuah peradaban yang dibangun selama hampir 5 abad, hancur begitu saja oleh bangsa yang tidak menghargai ilmu pengetahun. [YMS].