Semakin tinggi kualitas pendidikan suatu bangsa, maka usia perkawinan masyarakatnya semakin mundur. Artinya, angka perkawinan dini menurun signifikan. Merujuk data BKKBN Jawa Timur, sepanjang tahun 2022, ada 15.212 putusan dispensasi perkawinan bagi pelajar di provinsi tersebut. Lebih dari 80% disebabkan karena hamil terlebih dulu. Di provinsi lain, angkanya tidak kalah mencengangkan. Jawa Tengah, misalnya, mencapai 11.392 selama 2022. Latar belakangnya sama; married by accident.Apa ini menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia (baik dalam lingkup keluarga maupun sekolah) masih jauh dari berkualitas?
Perkawinan usia dini merupakan masalah yang kompleks. Menurut Atnike Sigiro dari Jurnal Perempuan, dalam siniar Coming Home with Leila Chudori, ada tiga alasan yang mendasarinya: ekonomi, agama, dan adat istiadat. Sedangkan BKKBN dalam akun Instagram-nyamenyebut, ada enam faktor penyebab perkawinan usia dini: kemiskinan, kondisi geografis, kurangnya akses pendidikan, ketimpangan gender, kondisi sosial dan bencana, serta minimnya akses layanan dan informasi kesehatan reproduksi.
Dampak negatif perkawinan dini, terutama mengancam perempuan. Dari sisi kesehatan, kehamilan di usia dini rawan menyebabkan kematian ibu dan anak. Kalaupun lahir, bayi tersebut berpotensi besar mengalami stunting. Proses persalinan pun bisa macet karena panggul sempit. Di tahap berikutnya, perempuan lebih berisiko terkena osteoporosis karena pertumbuhan kepadatan tulang tidak optimal, sebab kalsium ‘tersedot’ janin di masa kehamilan.
Fenomena dan ekses negatif perkawinan dini inilah yang disoroti dalam novel My New Sister karya Nicco Machi. Novel ini didapuk menjadi Juara Kompetisi Menulis Indiva, Kategori Novel Remaja. Kendati ditujukan bagi remaja, topik yang diangkat dalam novel, relevan dan layak dicermati orang dewasa, utamanya orang tua dan pendidik.
Adalah Yatri, gadis belasan tahun yang susah payah mendaki tangga cita-cita; bisa belajar hingga jenjang perguruan tinggi. Malang, harapannya pupus manakala orang tua memaksanya kawin sebegitu ijazah SMP keluar.
Yatri kehilangan masa depan, ia hamil di usia belia dengan kesukaran persalinan, terbelit utang kepada rentenir, terpaksa kabur dan menyamarkan identitas, dan terperangkap dalam kasus pembunuhan.
Dalam masa buron, Yatri bertemu Lyra, gadis seumuran dengannya, dan Bu Elva, ibu Lyra. Keduanya kemudian menjadi suaka bagi Yatri. Tak hanya itu, mereka dan perempuan-perempuan di sekelilingnya, menjadi support system yang membuat Yatri berdaya (secara mental dan finansial) hingga mampu menyelesaikan masalah di masa lalu, satu persatu.
Novel My Nes Sister tak hanya mengusung awareness terhadap isu perkawinan usia dini beserta rangkaian dampak buruknya, tapi juga menekankan betapa penting dan efektifnya implementasi women supporting women. Di hadapan masyarakat patriarkhi, pengalaman perempuan kerap kali diabaikan, bahkan dianggap tidak ada. Hanya perempuan sendiri yang memahami betapa pengalaman mereka valid dan nyata adanya. Sebab itulah, daripada menghamba belas kasihan laki-laki, maka mereka sendirilah yang harus saling dukung dan bahu-membahu mengubah keadaan.
“Semua perempuan ini mempunyai tragedinya masing-masing, tapi mereka berhasil bertahan menghadapi ujiannya dan menjelma menjadi perempuan-perempuan kuat, tegar, tak terkalahkan. Mereka tidak duduk diam meratapi nasib; sebaliknya mereka menerima dan berjuang untuk kehidupan yang lebih baik.” (halaman 60).
Lewat novel ini pula, pembaca (terutama kaum Hawa) diyakinkan; untuk menggapai masa depan yang cemerlang, perempuan harus mandiri, berpendidikan, dan berpenghasilan.
Judul : My New Sister
Pengarang : Nicco Machi
Penerbit : Indiva Media Kreasi
Tebal : 272 halaman
Cetakan : Pertama, Agustus 2022
ISBN : 978-623-253-070-6
*Thomas Utomo, S.Pd. adalah guru SD Negeri 1 Karangbanjar, Purbalingga. Dapat dihubungi melalui surel utomothomas@gmail.com.