The Frankfurt Book Fair atau Frankfurter Buchmesse (Bahasa Jerman), adalah pameran buku terbesar di dunia, yang diikuti oleh ribuan penerbit ternama di seluruh dunia. Pada tahun 2017, 7.300 peserta yang berasal dari sekitar 100 negara hadir dalam acara FBF. Pada FBF tahun ini, yang rencananya akan diselenggarakan pada 18-22 Oktober 2023, Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) menyatakan tidak akan hadir. Hal tersebut dipicu dengan sikap FBF yang tidak netral dalam menyikapi Perang Israel melawan Rakyat Palestina yang pecah sejak 7 Oktover 2023 kemarin.
Dalam pernyataannya, Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi), Arys Hilman, menyebutkan bahwa Ikapi membatalkan keikutsertaan dalam Frankfurt Book Fair (FBF) tahun ini. Ikapi yang semula diundang pada pembukaan FBF juga tidak akan hadir. Pernyataan Ikapi tersebut dipicu dari sikap FBF melalui direkturnya, Juergen Boos, yang secara resmi membela Israel. Dalam media sosial dan situs webnya, FBF mengatakan akan memberi ruang lebih bagi penulis Israel untuk bersuara di FBF 2023. Boos juga menyebutkan bahwa mereka akan menyelenggarakan diskusi panel mengenai serangan pada Israel bersama Meron Mendel, perwakilan komunitas Yahudi di Jerman. Selain panel tersebut, dalam FBF, akan ada diskusi bersama Lizzie Doron, penulis yang tinggal di Tel Aviv dan Berlin, mengenai kondisi terkini yang terjadi di Israel.
Jurgen Boos dan FBF memutuskan memberi ruang lebih bagi para penulis Israel dan Yahudi untuk bersuara pada acara-acara yang diselenggarakan FBF. Bahkan, pada hari pertama pameran, FBF berkolaborasi dengan PEN Berlin juga akan menyelenggarakan acara bertajuk “Out of Concern for Israel”, yang mengambil tempat di Frankfurt Pavilion. Juergen juga mengatakan akan mengadakan acara-acara tambahan sebelum FBF dimulai yang bertujuan secara penuh menyatakan solidaritas terhadap Israel.
Selain itu, FBF juga membatalkan secara sepihak penghargaan LiBeraturpreis yang sebelumnya akan diberikan kepada pengarang Palestina, Adania Shibli. Adania Shibli merupakan sastrawan asal Palestina yang tinggal di Berlin. Novelnya berjudul Minor Detail, berkisah tentang seorang gadis Palestina yang diperkosa oleh tentara Israel pada tahun 1948. Novel tersebut dikritik sebagai antisemit dan memberikan dukungan kepada Palestina serta memojokkan Israel.
Ikapi menganggap bahwa sikap FBF sangat tidak adil. Israel telah dikecam oleh banyak kalangan karena selama ini melakukan pendudukan dan berbagai pelanggaran pada rakyat Palestina. Sikap FBF telah mengundang kekecewaan dan kemarahan dari banyak penulis, aktivis, dan organisasi perbukuan dunia. Tak hanya penerbit di Indonesia, beberapa penerbit dari negara lain juga memutuskan untuk hengkang dari FBF. Sharjah Book Authority dan Arab Publishers Association secara resmi telah menarik partisipasinya pada FBF 2023. Begitu juga Qatar dan Mesir.
Menurut Ketua Ikapi, Arys Hilman, Indonesia sudah mendirikan stan bernama Indonesia, tetapi itu ditiadakan. “Tidak akan ada atribut negara maupun bendera Indonesia/Ikapi sama sekali pada stan yang sudah terlanjur dibangun,” kata Ketua Umum Ikapi periode 2020-2025 ini, sebagaimana dilansir dari situs resmi ikapi.org.
“Jika pun nanti ada beberapa penerbit yang tetap berangkat ke sana, tidak akan ikut ke dalam kegiatan. Hanya janji temu dengan mitra dan literary agency lainnya. Saya sendiri membatalkan dan Ikapi secara organisasi tidak akan ikut dalam FBF,” tegasnya.
Indiva Media Kreasi, sebagai salah satu penerbit yang bergabung dalam Ikapi, sangat mendukung sikap Ikapi. Jika pegiat-pegiat literasi yang semestinya melek literasi dan memiliki informasi mendalam saja bisa bersikap tidak adil terhadap Palestina yang telah 75 tahun dijajah, bagaimana dengan masyarakat luas yang seringkali hanya mendapatkan asupan sepihak saja? [YM].