judul gambar
ArtikelBuku Anak

PECI, Buku Anak Pembentuk Budi Pekerti dan Karakter

judul gambar

Tak terasa, sudah 12 tahun PECI menyapa dunia literasi di Indonesia. PECI yang saya sampaikan di sini, bukan peci hitam yang biasa dipakai kaum pria di acara-acara resmi, lho ya. PECI adalah akronim dari Penulis Cilik Indonesia, sebuah lini khusus di penerbit Indiva Media Kreasi. Pada awal berdirinya, 1 Agustus 2007, Indiva lebih banyak menerbitkan buku-buku tentang motivasi remaja dan keislaman. Baru 5 tahun kemudian, terpikir untuk mulai membuka lini untuk buku anak. Jadi, lini ini sengaja dibentuk untuk mewadahi kreativitas anak-anak Indonesia dalam dunia penulisan.

PECI adalah lini untuk buku anak yang ditulis oleh anak Indonesia. Hingga saat ini, sudah ada lebih dari 85 judul buku PECI diterbitkan oleh Indiva Media Kreasi. Buku yang pertama kali terbit adalah Persahabatan Zahra dan Catty (PZC), sebuah buku kumpulan cerpen yang ditulis oleh pemenang Olimpiade Mata Pelajaran tingkat Sekolah Dasar di bawah Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Jawa Tengah kategori Bahasa Indonesia. Saat itu, pada tahun 2011, saya mendapatkan amanah menjadi juri di Olimpiade Mata Pelajaran kategori Bahasa Indonesia tersebut. Saat membaca puluhan naskah cerpen yang menjadi salah satu penilaian, saya cukup dibuat terkesima dengan kualitas cerpen-cerpen tersebut. Saya pun iseng bertanya kepada panitia, hendak diapakan naskah-naskah tersebut?

Ternyata panitia sendiri belum memiliki rencana memfollow-up naskah-naskah tersebut. Saya pun memberanikan diri untuk menawarkan menerbitkan kumpulan naskah cerpen itu menjadi buku. Masalahnya, di Indiva saat itu belum ada lini khusus buku anak, kecuali buku-buku pra sekolah yang sempat diterbitkan namun kami hentikan karena faktor kesulitan dan kerumitan dalam proses produksinya setelah kami berpindah klien percetakan lain yang ternyata tidak memiliki alat-alat produksi selengkap klien lama.

Saya pun mengontak salah satu senior dan guru saya dalam dunia kepenulisan, Mas Ali Muakhir, yang merupakan salah satu inisiator dan pengelola lini KKPK (Kecil-Kecil Punya Karya) milik DAR Mizan. Sudah lama Mas Ali mendukung agar Indiva juga membentuk semacam lini KKPK. Mungkin inilah saatnya memulai apa yang telah kami inginkan sejak lama itu. Lebih-lebih, jajaran manajemen Indiva pun setuju. Akhirnya, lini PECI pun dirilis. Buku pertamanya adalah naskah-naskah karya anak-anak peserta lomba tersebut. Tim Indiva yang menggawangi PECI saat itu di antaranya adalah Mbak Saptorini, Mbak Deasylawati P, dan Mas Noviandi Rahman.

PECI, Pembentuk Budi Pekerti

Tentu PECI tidak sama persis dengan KKPK, meski KKPK tetap kami anggap sebagai acuan dalam berkarya. Sama dengan KKPK, PECI menekankan pada pembentukan karakter dan budi pekerti, namun pada PECI, aspek lokalitas dan ke-Indonesiaan lebih ditekankan. Sebisa mungkin, PECI menghindari judul-judul dengan bahasa asing, kecuali jika konteksnya memang harus menggunakan bahasa asing. PECI juga lebih menyukai tema-tema yang lebih membumi, seperti nuansa pedesaan, pesantren, bahkan ada juga yang mengangkat masalah disabilitas dan perjuangan anak di Indonesia Timur.
Pembentukan karakter anak melalui cerita bukan hal yang mustahil. Albert Bandura (1977) menyebutkan bahwa salah satu hal yang mampu membentuk perilaku adalah konsep vicarious reinforcement, yakni menggunakan model sebagai contoh atau teladan yang perilakunya ditiru dan menjadi karakter. Model tersebut, bisa yang nyata ada, atau tokoh-tokoh fiksi yang terdapat dalam buku-buku cerita. Banyak riset membuktikan, bahwa pada anak-anak, keteladanan dari tokoh-tokoh fiksi ternyata berpengaruh sangat kuat dalam membentuk perilaku anak.

Penghargaan Untuk PECI

Sayangnya, setelah PZC terbit, lini PECI sempat terhenti, dan mulai aktif lagi sekitar tahun 2015. Alhamdulillah, kehadiran PECI disambut dengan hangat, baik oleh anak-anak maupun orang tua. Kami pun mendapatkan pasokan naskah yang cukup berlimpah dari pada penulis anak. Selain itu, penjualan buku-buku PECI juga termasuk unggul. Beberapa buku PECI yang legendaris misalnya Serial Asyiknya di Pesantren, Serunya di Pesantren, dan Indahnya di Pesantren karya Shofa Salsabila, mendapatkan atensi yang baik dari publik. Buku-buku tersebut sempat leading di pasaran.

Bahkan, ada beberapa penulis PECI yang mendapatkan penghargaan juga ajang Pemilihan Buku Anak Terbaik Perpustakaan Negara Republik Indonesi tahun 2018. Tidak tanggung-tanggung, di ajang tersebut, Indiva menyabet 3 penghargaan yang diperolah oleh Queen Aura, Shofa Salsabila, dan Sherina Salsabila. Queen Aura meraih juara II buku anak terbaik yang ditulis anak kategori SD (judul bukunya “Senang Membaca Al Quran). Shofa Salsabila meraih juara II kategori buku anak yang ditulis anak kategori SMP (novel Indahnya di Pesantren). Sedangkan Sherina Salsabila meraih juara II Buku Anak Terbaik yang ditulis anak SMA dari Perpustakaan Negara Republik Indonesia 2018 dengan novel “Jangan Menyerah Adiba”.

Sebenarnya, meski masuk kategori buku anak, novel “Jangan Menyerah Adiba” sudah tidak masuk kategori PECI, namun Lintang Indiva. Bingung, ya? Jadi, di Indiva memang ada 2 jenis buku anak, yaitu Lintang Indiva dan PECI. Jika PECI harus ditulis oleh anak usia maksimal 14 tahun, Lintang Indiva bisa ditulis oleh remaja di atas 14 tahun atau orang dewasa. Namun, saat masih anak-anak, Sherina pun sudah menerbitkan beberapa buku PECI.

Sempat berhenti produksi saat pandemi Covid19, saat ini penerbit Indiva Media Kreasi kembali berkonsentrasi menerbitkan buku-buku PECI yang insipiratif dan berkualitas. Saat ini, cover-cover PECI dibuat lebih apik dan semakin segar. Semoga membuat anak-anak Indonesia semakin bersemangat membaca PECI. Minat mengoleksi PECI? Silakan kontak ke admin kami wa.me/6281904715588.

Penulis: Yeni Mulati (CEO Indiva Media Kreasi).

judul gambar
Indiva Media Kreasi, penerbit buku di Kota Surakarta, telah berkhidmat sejak 1 Agustus 2007. Mengusung tagline: Sahabat Keluarga.

Related Posts

1 of 7

Leave A Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *