Hai, Sobat Indiva. Tak henti-henti kami berusaha untuk menghadirkan buku-buku berkualitas untuk memperkaya khasanah bacaan bermutu di Indonesia, khususnya buku anak. Di dapur kami saat ini sedang diproses dua buku fiksi anak yang pastinya sudah Sobat nanti-nanti, ya. Simak, apa saja judul dua buku tersebut dan gambaran isinya.
Buku Pertama: Pejuang Penghafal Al-Quran

Judul : Pejuang Penghafal Al-Qur’an
Kategori : Lintang
Penulis :
Anindya Rahma
Michelle Maverick
Sophia Safana Artema
Aulia Adinda
Dahayu Erinna Wibidianti
Kirana Riris Santosa
Ukuran: 14 x 20 cm
Halaman: 96 hlm
Sinopsis Buku
Bunda mendaftarkanku menjadi peserta Rumah Tahfiz. Aku kesal sekali karena Bunda tidak bicara terlebih dahulu sebelum mendaftarkannya. Dengan rasa terpaksa, aku diantarkan Bunda datang ke Rumah Tahfiz.
“Dila hafalannya 2 juz. Mutiara hafalannya 4 juz. Kak Kirana, dia kelas 5 SD, hafalannya sudah 10 juz. Aku ingin sekali seperti Kak Kirana!” kata Tiwi memperkenalkan setiap siswa di Rumah Tahfiz.
“Kalau hafalan Kakak sudah sampai mana?” Pertanyaan Tiwi membuatku tersentak. Aku yang paling tua di sini, tapi kenapa hafalanku yang paling sedikit?
Simak perjuangan anak-anak penghafal Al-Qur’an di dalam buku ini dan nikmati juga keseruan cerpen lainnya!
Buku Kedua: Impian Sang Penulis Cilik

Judul : Impian sang Penulis Cilik
Kategori : Lintang
Penulis : Wiwik Waluyo
Ukuran : 14 x 20 cm
Halaman : 128 hlm
Sinopsis
Namaku Tegar, tapi aku aku tidak setegar namaku. Kata orang, laki-laki harus kuat, tidak boleh cengeng, apalagi takut. Namun, semenjak adanya kabar bahwa Mamak akan menikah, aku jadi takut. Aku takut punya bapak tiri. Aku juga takut pindah dari desaku, Kualo.
Orang-orang terdekatku menanyakan tentang berita itu. Ada juga yang justru mengatakan bahwa pindah ke kota membuka kesempatan untuk mewujudkan cita-citaku. Aku ingin menjadi penulis dan membuat buku seperti yang kupinjam dari perpustakaan keliling. Meskipun begitu, pindah ke kota tetap saja membuatku takut.
Apakah ayah tiriku sebaik Ayah? Apa di kota ada orang-orang baik seperti di sini? Apakah benar aku bisa lebih mudah mewujudkan cita-citaku di kota? Ketakutan-ketakutan itu menghantui pikiran Tegar. Sanggupkah Tegar menjadi tegar seperti namanya? Simak kelanjutannya hanya di buku ini. [@f].