judul gambar
judul gambar
ArtikelUncategorized

Mendewasa dalam Rindu

judul gambar

Sumber Gambar: Pixabay

Oleh: Mareza Sutan Ahli Jannah

judul gambar

Rudi Gilang, remaja yang masih menjalani pendidikan di bangku SMA harus kehilangan ibunya yang mengidap kanker rahim. Cobaan yang dialaminya tidak sampai di situ, ayahnya, Gilang, juga menjadi gila setelah ditimpa cobaan bertubi-tubi.

Penulis membuka cerita dengan prolog kematian Pak Ramli, tetangga Rudi yang juga ayah Pak Sadli, guru favorit di kelasnya. Saat sakaratul maut menjelang kematiannya, Pak Ramli sempat memanggil Rudi dengan panggilan “Nak” (halaman 8). Dari sanalah Rudi mulai bertanya-tanya yang dijawab pada akhir cerita.

Pak Ramli diceritakan sebagai tokoh antagonis dalam cerita. Pemabuk, pencuri, dan pembuat onar di kampung. Namun, Pak Sadli sebagai anaknya tetap menerima bagaimana pun keadaan ayahnya.

Berbanding terbalik dengan Pak Ramli, Pak Sadli justru disebut-sebut sebagai sosok yang bagaikan malaikat. Pak Sadli pula yang hampir selalu ada bersama Rudi sejak ayahnya sakit (begitu cara Rudi untuk tidak menyebutnya gila) yang dimulai dari hikayat tiga (halaman 49).

Gilang, ayah Rudi menjadi gila lantaran bisnis peternakannya yang bangkut dan ditinggalkan istrinya. Namun dalam konflik yang diciptakan penulis, Gilang justru kambuh ketika nama Rudi dan Pak Sadli disebut. Dia sempat mengancam akan membunuh Rudi. Selain itu, Gilang juga sempat melukai Pak Sadli sebagaimana dalam hikayat empat.

Dari sanalah Rudi mulai harus belajar dewasa. Hanya ada dua pilihan: memasung ayahnya di rumah, atau membawa ayahnya ke rumah sakit jiwa di Makassar. Pada akhirnya, dengan segala pertimbangan, Rudi mengikhlaskan ayahnya dirawat di Makassar.

Selama bertahun-tahun, Rudi mendewasa dalam rindunya. Dia tidak lagi memiliki ibu dan harus merelakan ayahnya untuk dirawat di sebuah rumah sakit jiwa. Yang menjadi konflik bagi Rudi, adalah ayahnya yang selama gila justru sangat membencinya. Alasan tersebut diungkapkan penulis menjelang akhir cerita.

Novel yang jadi Juara 1 Kompetisi Novel Remaja Indiva 2019 ini mengambil latar Allakkuang, sebuah kampung yang terletak di jalan provinsi yang menghubungkan Kabupaten Sidenreng Rappang dan Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan. Penceritaan latar dibuat dengan apik, dengan menonjolkan gunung batu dan mayoritas masyarakat yang beternak dan membuat kerajinan batu. Bukan cuma itu, S Gegge Mappangewa juga menceritakan kehidupan anak-anak di kampung yang main bola di lapangan dekat kuburan dengan tiang tanpa jaring.

Dibagi menjadi 10 hikayat, novel ini tidak terasa berat untuk dibaca. Mengambil sudut pandang orang pertama, guru kelahiran Sidenreng Rappang mampu meng-aku-kan dirinya dengan baik. Penulis juga mampu membuat alur yang mengalir dan bahasa yang enak dinikmati hingga akhir. Di setiap awal hikayat, ada kalimat ‘klimaks’ yang memberikan kesan tersendiri saat membaca.

Ayah, Aku Rindu mengajarkan tentang cinta dan ketulusan yang ada di orang-orang sekitar. Meski mengandalkan tokoh remaja dalam penceritaannya, penulis menunjukkan perbedaan anak yang tumbuh dari latar keluarga yang berbeda.  Dalam hikayat kedua, tokoh Rudi menegaskan, “Di rumahku banyak cinta!” (halaman 38), kepada temannya, Nabil yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis.

Lebih dari itu, novel ini juga menanamkan nilai-nilai kejujuran. Hal itu terlihat dari keberanian tokoh Rudi yang mengembalikan penghargaan sebagai pemenang lomba foto hanya karena foto yang menang lomba merupakan foto ayahnya (halaman 150). Diselingi kisah Nenek Mallomo, seorang tokoh yang melegenda di Sidenreng Rappang di beberapa bagian, novel ini juga menambah wawasan baru tentang sejarah lokal di sana. “Nenek Mallomo tidak akan menjadi tokoh legendaris jika hanya mengandalkan kecerdasannya. Kejujurannyalah yang kemudian melegenda ….” (halaman 150).

Novel ini ditutup dengan epilog pertemuan Rudi dan ayahnya di makam ibunya setelah bertahun-tahun tidak berjumpa. Pembaca mungkin akan bertanya-tanya bagaimana ayahnya bisa sembuh, karena penulis tidak menjelaskannya di sana. Tapi pelukan setelah sekian lama itu mendapat tempat yang tepat untuk menciptakan suasana haru sebagai penutup cerita.


Ayah Aku Rindu

Penulis            : S Gegge Mappangewa

Tahun Terbit : Maret, 2020

Tebal              : 192 halaman

Samar-samar kudengar suara ayah. Ya, suara ayah. Suara yang telah lama kurindukan itu terdengar dari ruang tamu. Ada sebuah rasa yang menyusup ke dalam dadaku. Rasa bahagia yang melonjak-lonjak.

Doa itu …?

Doa yang selama ini kupanjatkan dengan menyebut nama ayah di dalamnya, ternyata begitu cepatnya dikabulkan. Padahal saya pernah pesimis, toh ayah sendiri yang pernah bilang bahwa tidak semua doa langsung dikabulkan. Butuh penantian. Butuh kesabaran.

Luka, duka, derita, tak menunggu orang dewasa dulu untuk  kemudian ditimpanya. Semua kepahitan itulah yang akan menempa kedewasaan.


Tentang Peresensi

Mareza Sutan A J, seorang penikmat buku, sehari-hari berprofesi sebagai jurnalis di sebuah surat kabar di Jambi. Karya-karyanya tergabung dalam beberapa antologi. Sejumlah karya solonya juga sudah diterbitkan.

judul gambar
Indiva Media Kreasi, penerbit buku di Kota Surakarta, telah berkhidmat sejak 1 Agustus 2007. Mengusung tagline: Sahabat Keluarga.

Related Posts

1 of 7

2 Comments

  1. asra sinta says:

    baru baca cuplikannya aja udah terbawa perasaan,

Leave A Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *