Oleh Afifah Afra (CEO Indiva Media Kreasi)
Apakah Sobat seorang penulis, atau seseorang yang menyukai kepenulisan dan ingin suatu saat menerbitkan buku? Tak hanya sekadar buku tentunya. Tetapi buku yang berkualitas, dan jika mungkin: best seller! Wah, siapa sih, yang tidak ingin bukunya terjual sekian ribu, sekian puluh ribu, atau bahkan jutaan eksemplar?
Siapa sih yang tak terpana dengan angka penjualan buku J.K. Rowling yang mencapai 600 juta kopi. Bayangkan, enam ratus juta eksemplar, lebih dari setengah milyar. Ini rekor buku terlaris sepanjang sejarah.
Tapi tentu tak mudah untuk bisa memiliki karya best seller. Jujur, penjualan buku-buku saya saja paling banter baru puluhan ribu eksemplar, hehe. Di Indonesia, angka segitu terbilang lumayan, meski tentu ada yang jauh lebih sukses, misal senior saya di perbukuan: Kang Abik (Habiburrahman el Shirazy) atau Mbak Asma Nadia. Karya mereka mungkin mencapai jutaan eksemplar terjual di pasar.
Berikut ini adalah beberapa tips menghasilkan karya yang punya potensi besar untuk best seller. Simak ya…
Pertama, Kita harus Memahami Pasar
Manakah genre atau tema yang pasarnya luas? Tentu ini menjadi pertimbangan paling utama jika target kita adalah karya tersebut best seller. Menulis sesuai dengan kebutuhan dan minat target pembaca sangat penting dilakukan. Caranya bagaimana? Kita bisa melakukan riset pasar untuk memahami genre atau topik yang sedang diminati, serta apa yang membuat pembaca tertarik.
Namun, pasar buku—sebagaimana pasar produk atau jasa lainnya, akhir-akhir ini memang semakin terspesialisasi, atau mengalami customized. Maka, sebagian penulis kadang memilih ceruk tertentu yang paling pas dengan passion mereka. Ini tidak salah juga, tetapi tentu menjadi hambatan untuk mencapai best seller. Hanya saja, memiliki ceruk tertentu justru kadang bisa membuat penulis mendapatkan pembaca setia yang terus menanti-nanti karyanya.
Meraih segmen pasar yang luas, di satu sisi juga berarti kita harus bersaing dengan banyak penulis—seringkali juga para “raksasa” penerbit yang memiliki modal besar dan sistem marketing yang andal. Sementara, memilih pasar ceruk, bisa membuat seorang penulis tidak memiliki—atau hanya sedikit berhadapan dengan kompetitor.
Kedua, Karya kita Harus Memiliki Alur yang Berkesan
Karya-karya yang best seller, bisa jadi bukan karya yang secara kualitas unggul. Namun, pasti karya tersebut mengesankan, menciptakan sebuah kejutan atau kisah yang membuat pembaca terpana, terpesona, dan tak hanya membacanya sampai habis, tetapi juga merekomendasikan ke pembaca yang lain.
Sebuah karya yang best seller biasanya memiliki karakter dan alur yang memikat. Tokoh-tokohnya memiliki kepribadian yang unik dan loveable. Jadi, jangan lupa, jika karya kita adalah sebuah fiksi, usahakan kita bisa membangun konflik yang kuat, pengembangan karakter yang mendalam, serta emosi yang bisa dirasakan pembaca.
Ketiga, Hindari Gaya Bahasa yang Rumit
Para sastrawan biasanya menulis dengan diksi yang artistik, penuh metafora dan bisa membawa seseorang untuk merenung. Karya seperti ini memang unggul. Namun, mayoritas pembaca biasanya tidak terlalu suka karya yang semacam ini.
Bukan berarti gaya kepenulisan kita harus pasaran dan ecek-ecek. Karya-karya best seller mungkin tidak terlalu ‘nyastra’ tetapi harus memiliki gaya kepenulisan yang khas dan menarik, sehingga tulisan kita akan mudah diingat, jika perlu asyik dijadikan quotes.
Jadi, mari usahakan untuk menulis dengan bahasa yang jelas, mudah dipahami, dan tidak kesana kemari atau bertele-tele, tetapi tetap memiliki keindahan dan kaya akan diksi yang mempesona.
Keempat, Pemasaran yang Efisien dan Efektif
Sebagus apapun karya kita, tanpa promosi yang efisien dan efektif, tentu sulit untuk bisa best seller. Maka, kita perlu juga mencari rekanan atau klien berupa penerbit yang memiliki strategi pemasaran yang baik. Kita mengenal apa yang disebut dengan bauran pemasaran atau marketing mix yang lazim disingkat sebagai 4P—product, price, place, and promotion. Soal price dan place (distribusi produk), mungkin urusan penerbit. Tetapi sebagai penulis kita bisa berkontribusi dengan menciptakan produk yang bagus, dan membantu promosi lewat berbagai cara, termasuk media sosial.
Kelima, Branding Penulis
Kalau kamu sering dikritik oleh orang karena terlalu sering bermain media sosial, jangan resah. Sebab, sebagai penulis, kita perlu membangun branding. Media sosial merupakan salah satu cara paling efektif dalam membangun branding. Teruslah memperkenalkan diri dan karya-karya kita melalui media sosial, sehingga lama-lama orang akan mengenal dan mempercayai bahwa kita memiliki kapasitas di bidang kepenulisan.
Akhirnya, kita perlu sadari sepenuhnya, bahwa namanya sukses, termasuk dalam kepenulisan, tidak bisa kita raih dalam semalam. Yuk, terus menulis. Yuk, terus memperbaiki karya. Semakin sering kita menulis, maka kemampuan kita akan semakin terasah. Berarti, semakin besar pula peluang untuk bisa menghasilkan karya best seller. [Afifah Afra].