Salah satu problematika yang sering muncul dalam berumah tangga adalah konflik dengan mertua. Sebenarnya hal yang sangat bisa dimengerti, karena mertua dan menantu adalah dua manusia yang biasanya baru saling mengenal, namun tiba-tiba harus berinteraksi secara intens sebagai layaknya seorang anak dengan orang tua. Buku terbaru kami, “Mertuaku, Musuhku atau sahabatku? (Menguatkan Pondasi Keluarga Bersama Mertua)” merupakan salah satu buku yang didedikasikan untuk membantu mengurai keruwetan yang terjadi di sekitar interaksi mertua dan menantu.

Data Buku:
Judul : Mertuaku, Musuhku atau Sahabatku? (Menguatkan Pondasi Keluarga bersama Mertua)
Penulis : Apiida Sokoomah
Ukuran : 14 x 20 cm
Halaman: 192 halaman
Sinopsis:
Banyak orang bilang, berumah tangga itu sulit terlebih ketika berhadapan dengan mertua. Mertua dan menantu merupakan hubungan yang rumit bagaikan benang ruwet yang sulit terurai. Sebagian mengira, menjadi menantu itu, ya, harus dijalani dan tak perlu dipelajari. Kalau kita sudah dewasa, merasa cukup umur, lumrah kalau menikah. Perihal mertua itu urusan belakangan, apalagi kita sebagai perempuan sudah merasa maju.
Namun, tak banyak dari kita yang sadar kalau tak selamanya kemajuan diiringi dengan akhlak yang baik. Pernikahan bukan hanya milik keluarga kecil kita, tapi juga keluarga besar. Karena itu, tanggung jawab kita terhadap orang tua entah dari pihak suami atau istri pasti semakin besar. Sehingga, tanpa persiapan dan kesiapan yang memadai, kita berisiko memasuki masa kegagalan dalam berumah tangga.
Tulisan ini merupakan himpunan catatan dari pemikiran, argumentasi dengan teman dan mertua, pun dengan pengalaman suami. Semoga yang tersaji dalam buku ini mampu mengetuk hati kita untuk selalu berbuat baik, tanpa melupakan kebahagiaan kita sendiri.
Selamat membaca!