Oleh: Sam Edy Yuswanto
Agama Islam mengajarkan kepada kita agar jangan suka berburuk sangka terhadap orang lain. Hal ini tentu dapat dimaklumi karena berburuk sangka, dapat menyebabkan dampak negatif di kemudian hari. Misalnya, terputusnya hubungan pertemanan dan persaudaraan.
Berburuk sangka biasanya bermula dari prasangka terhadap orang lain. Ada cerita menarik yang bisa dijadikan sebagai renungan dalam buku ini, tentang bahaya berprasangka terhadap sesama. Cerita berjudul “Hati-hati dengan Prasangka” mengisahkan tentang gadis kecil bernama Maryam yang merasa kesal karena es krim cokelat miliknya yang disimpan di dalam kulkas hilang.
Maryam lantas menuduh Umar, adiknya yang mencuri es krimnya. Padahal ia tak memiliki bukti-bukti. Ia pun segera mencecar Umar habis-habisan tapi sang adik berkelit dan tak mau mengakuinya. Maryam merasa sangat menyesal karena yang mengambil es krim ternyata bukanlah Umar, melainkan seseorang yang sungguh di luar perkiraannya (halaman 108).
Selain cerita bertema dampak negatif berburuk sangka pada orang lain, masih ada sederet cerita dengan tema beragam yang menarik dan bagus dijadikan renungan bagi anak-anak di rumah. Misalnya cerita berjudul “Si Kuma” berkisah tentang bocah lelaki bernama Naufal yang ingin memiara anak kucing. Ia mulai menyukai hewan berbulu itu setelah diajak oleh Fariz, temannya yang menyukai kucing, melihat-lihat kucing yang ada di rumah Pak Arif, penjaga sekolah yang rumahnya ada di belakang sekolah mereka.
Naufal ingin sekali miara kucing, tapi ia tidak merasa yakin kalau orangtuanya akan mengizinkan. Terlebih saat ibunya menjelaskan, intinya bahwa memelihara hewan itu ternyata tidaklah gampang. Karena ia harus bertanggung jawab memberi makanan, minuman, hingga merawatnya dengan penuh kesabaran ketika hewan tersebut sedang sakit (halaman 117).
Cerita berjudul “Uang Saku Izzan” juga layak disimak karena mengajarkan kepada anak-anak agar memiliki rasa kepedulian terhadap sesama, terlebih terhadap mereka yang tengah membutuhkan uluran pertolongan dari kita. Dikisahkan seorang anak lelaki bernama Izzan yang ingin membeli sepatu baru karena sepatu lamanya sudah terasa sempit. Namun ia harus bersabar menunggu orangtuanya yang kesehariannya berjualan sayuran memiliki uang.
Hingga akhirnya, tercetus di benak Izzan, untuk menabung. Ia menabung karena tak ingin menyusahkan orangtuanya. Uang jajan yang diberikan oleh ibu sengaja tak ia gunakan, tapi untuk ditabung di dalam toples. Sayangnya, ketika ia tengah berusaha menabung, ia kerap bertemu dengan seorang kakek penjual samir, kerupuk dari singkong yang diparut dan diberi bumbu. Izzan merasa sedih dan teringat kakeknya yang telah meninggal. Lantas, Izzan pun merasa tergerak hatinya untuk menolong kakek tersebut (halaman 16).

Cerita menarik selanjutnya berjudul “Putri Alarm” yang berkisah tentang seorang gadis kecil bernama Naya yang memiliki kebiasaan sangat aneh. Ia selalu memasang alarm di setiap kegiatannya, sebagai pengingat agar tidak lupa. Hingga ia pun dijuluki “Putri Alarm” oleh Vanes, sepupunya. Kebiasaan memasang alarm tersebut rupanya sangat mengganggu Vanes yang harus hidup satu rumah, bahkan sekamar dengannya. Hal itulah yang menyebabkan hubungan mereka lambat laun menjadi renggang. Di akhir cerita, Vanes akhirnya bisa memahami kebiasaan aneh sepupunya tersebut setelah mengetahui sejarah masa lalu Naya yang menyebabkannya harus selalu memasang alarm agar tidak lupa (halaman 4).
Cerita berjudul “Menanti Kakak” juga sarat pembelajaran berharga bagi anak. meninggalkan pesan positif pada anak agar berusaha mencintai dan menyayangi saudara kandungnya sendiri yang memiliki kekurangan saat terlahir ke dunia ini. Aisha adalah gadis kecil yang ingin memiliki kakak yang bisa dibanggakan seperti kakak teman-temannya di sekolah.
Sayangnya, Aisha merasa hal tersebut tidak mungkin terjadi dalam kehidupannya. Karena Adam, kakak lelakinya itu sangat jauh berbeda dengan orang-orang pada umumnya. Adam harus mendapatkan perawatan khusus karena menderita down syndrome. Sehingga ia tak mampu berbicara dengan kalimat yang jelas dan bisa dimengerti oleh orang lain. Aisha bahkan sempat merasa sangat kesal dan membenci kakaknya karena suatu hal. Namun kemudian ada satu kejadian yang membuat Aisha tersadar dan bangga terhadap kakaknya (halaman 129).
Ada juga cerita menarik berjudul “Fadil Ketahuan!” yang mengisahkan kenakalan Fadil yang diam-diam selalu mengambil ponsel milik kakaknya saat malam hari. Ponsel tersebut ia gunakan untuk bermain game, sehingga ia selalu bangun kesiangan dan mengantuk saat di sekolah. Seiring berjalannya sang waktu, sang kakak akhirnya mencurigai dan memergoki kebiasaan buruk adiknya. Sebuah ide pun terbetik di benak sang kakak untuk mengubah kebiasaan buruk adiknya yang semakin hari semakin mengkhawatirkan tersebut (halaman 34).
Buku berisi cerita-cerita pendek yang ditulis oleh para penulis Indonesia ini sangat layak dijadikan sebagai bacaan menghibur sekaligus mendidik oleh anak-anak di rumah.
Hati-Hati dengan Prasangka
Judul Buku : Hati-hati dengan Prasangka
Penulis : Shofhi Amhar, dkk.
Penerbit : Indiva Media Kreasi
Cetakan : I, November 2020
Tebal : 144 halaman
ISBN : 978-623-253-013-3
“Iya, maaf, Mar. Sebagai permohonan maafku, kamu boleh ambil satu es krim milikku!” Maryam menyerahkan es krim miliknya. Umar dan Mas Aziz tertawa bersamaan.
“Benar nih es krimnya untuk Umar? Nggak takut rugi, ini enak lho?” cetus Umar.
“Makanya, jangan buru-buru berprasangka. Akhirnya rugi sendiri, kan?” ujar Mas Aziz, sambil menjelaskan bagaimana prasangka bisa menghilangkan pahala kita tanpa disadari. “Berprasangka baiklah sama orang lain agar kita selamat dari dosa!”
Maryam masih menundukkan kepalanya. Dia tampak sangat menyesal dan takut pahalanya akan berkurang. Umar jadi kasihan pada Kak Maryam. Dia sudah memaafkan kakaknya, dengan syarat tidak boleh gampang berprasangka lagi kepada siapa pun.
Hati-Hati dengan Prasangka adalah salah judul cerpen dalam buku ini. Kumpulan cerpen finalis Kompetisi Menulis Indiva 2019 kategori cerpen Lintang. Dijamin bagus dan bermutu. Jangan sampai ketinggalan cerita-cerita manis dalam buku ini, ya!